“Choi Hyori!! Cepat katakan yang sejujurnya!! Apa yang sebenarnya terjadi?” seorang sonsaeng membentak Hyori, tapi Hyori hanya diam seribu bahasa. Sekarang Hyori tengah berada di ruang BK bersama seorang sonsaeng dan tiga orang yeoja. Salah satu diantara ketiga yeoja itu tengah terisak dan nampak menggigil karena seragam yang dikenakannya itu basah kuyup dan sedang berada diruangan yang berpendingin.
“Hyori-ah, cepat minta maaf!!” sonsaeng kembali membentak Hyori, tapi nihil, Hyori tetap mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
“Sonsaengnim, saya tidak terima teman saya diperlakukan seperti ini. Dia yang memulai dan dia pula yang harus mengakhiri. Dia tiba-tiba saja datang dan langsung menampar wajah Yisan dan menyiramnya dengan air dingin. Saya mau dia minta maaf sekarang juga!” suara teman Yisan memecah keheningan.
“Woi, Choi Hyori!! Cepat minta maaf dan akui kesalahanmu.” Ucap teman Yisan yang satu lagi dengan nada tinggi. Sementara Yisan hanya bisa berkonsentrasi dengan tubuhnya yang kedinginan. Hyori tidak bergeming sama sekali.
“Hyori, saya tanya sekali lagi, saya harap kamu mau angkat bicara dan mengungkapkan yang sesungguhnya.” Suara sonsaeng kali ini agak sedikit tenang. Mata Hyori masih terpaku pada sepatunya yang sedari tadi ia perhatikan seolah-olah orang-orang yang sedang berkicau diruangan ini hanya angin lalu.
“Apa benar yang diungkapkan mereka tadi?” lanjut sonsaeng. Hyori langsung menatap sonsaeng yang sedang duduk dihadapannya, ia hendak mengatakan sesuatu tapi langsung dipotong oleh Yoora—teman Yisan--, “Maaf sonsaengnim, bukankah tadi sudah saya jelaskan? Saya hanya ingin Hyori meminta maaf kepada Yisan. Lagi pula, bapak tidak perlu bertanya padanya lagi karena saya telah melihat kejadian itu langsung dengan mata kepala kami. Dia ____”
“CUKUP Yoora-ah!! Saya tidak sedang bertanya padamu. Hyori-ah, cepat jelaskan semuanya!!.” Sonsaeng berteriak, Yoora langsung terdiam, Hyori kembali mematung.
--Flashback--
PLAK!!! Sebuah tamparan mendarat dengan sempurna diwajah Hyori. Hyori nampak kebingungan dengan kejadian barusan.
“Jangan coba mendekati Dongsoo lagi, dia milikku. Arasseo?” teriak Yisan tepat didepan muka Hyori.
“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.” Hyori masih nampak kebingungan. Dongsoo? Ada urusan apa dia dengan Dongsoo? Tangan Yisan melayang hendak mendaratkan sebuah tamparan lagi kewajah Hyori, tapi berhasil Hyori hentikan.
“Apa-apaan kamu ini? Jangan seenaknya saja.” Hyori menahan tangan Yisan dan mencengkramnya dengan erat.
BYURR Hyori menyiramkan sebotol air mineral dingin yang ada digenggaman tangan yang satu lagi. Kemudian dia kembali ke kelas. Tak berapa lama dia dikelas, seorang siswa dari kelas lain memanggilnya dan memberitahukan kalau dia dipanggil oleh seorang sonsaeng dan disinilah dia berada sekarang.
--Flashback_end—
Let’s do it again uh let’s do it again I said Let’s do it again ___Suara ringtone ponsel memecah keheningan. Ternyata ponsel Hyori yang berdering. Hyori langsung menjauhi orang-orang aneh itu, yang mungkin sedang menatapnya dengan tatapan tidak percaya tapi Hyori tidak memperdulikannya dan tetap menjauh lalu menjawab panggilan.
“Yeoboseyo. Hah?! Bagaimana bisa? Bagaimana keadaan mereka sekarang? Baiklah, saya akan segera kesana.” Selesai menerima panggilan, Hyori langsung bergegas hendak pergi kesuatu tempat. Ia sudah tidak ingat lagi kalau beberapa saat yang lalu dia masih berada di ruang BK dengan para pencabut nyawanya. Yang dia pikirkan hanya satu, dia harus segera sampai ketempat itu.
Dia berlari meninggalkan sekolahnya tanpa sebab, tentu saja ada sebabnya tapi dia tidak ingin membuang-buang waktu hanya demi menjelaskan sebab tersebut. Ada sedikit hambatan sewaktu dia hendak keluar dari gerbang sekolahnya, satpamnya bertanya alasan dia meninggalkan sekolah. Tapi dia tidak mau ambil pusing dan berusaha untuk menerobos gerbang tersebut tapi tidak berhasil. Dia pun memutuskan untuk meloncati gerbang sekolah dan untung saja tidak ada yang melihat aksinya dan selamatlah dia meninggalkan sekolah.
Kini dia tengah berlari disepanjang trotoar yang ada dijalan raya yang terlihat lebih sepi dari pada biasanya. Ketika dia hendak menyeberang jalan, sebuah kendaraan juga sedang melaju kencang kearahnya tanpa ia sadari. Klakson mobil terus berdering dari mobil itu, Hyori menoleh ke sumber suara dan mendapati sebuah mobil akan segera merenggut nyawanya. Tapi anehnya, Hyori hanya mematung sambil menatap lurus kearah mobil itu seakan dia rela bila nyawanya segera diambil.
Tepat 30 cm sebelum mobil itu berhasil menghempas tubuh Hyori hingga melayangkan nyawanya, mobil itu berhenti. Hyori sadar kalau nyawanya tidak jadi melayang dan waktu akan terbuang dengan sia-sia jika dia terus mematung disini. Dia pun melanjutkan larinya. Beberapa detik sebelum dia memulai kembali larinya, dia melihat seorang namja keluar dari mobil itu dan samar-samar dia mendengar namja itu berteriak, “Hei tunggu!! Apa kau baik-baik saja?”. Namun Hyori terus berlari.
*****
Jiyong sedang mengemudikan mobilnya, dia tidak tahu arah tujuannya. Dia terus saja mengemudikan mobilnya kemanapun ia mau. Hingga disebuah jalan raya yang sepi dia langsung mempercepat laju mobilnya. Jiyong melihat ada seseorang yang tengah berlari dan hendak menyeberang jalan. Jiyong terkejut dan terus memainkan klakson sambil berusaha menghentikan laju mobilnya.
Ternyata dia adalah seorang yeoja yang masih SMA, Jiyong mengetahui karena yeoja itu mengenakan seragam dari SMA yang terletak tidak jauh dari jalan ini. Yeoja itu menghentikan larinya dan langsung mematung dengan menatap lurus kearah mobil Jiyong. Untung saja Jiyong berhasil menghentikan kendaraannya tepat sebelum mengenai tubuh yeoja itu.
Ji yong menghembuskan napas lega dan memutuskan untuk keluar dari mobilnya untuk memastikan keadaan yeoja itu. Tidak sampai lima langkah dia keluar, yeoja itu kembali berlari dengan tergesa-gesa. “Hei tunggu!! Apa kau baik-baik saja?” teriak Jiyong tapi yeoja itu tetap berlari tanpa menghiraukan teriakannya.
Jiyong kembali menjalankan kendaraannya sama seperti sebelumnya, tanpa tujuan. Pikiran Jiyong masih kalut akibat kejadian yang baru saja menimpanya.
--Flashback--
Jiyong tengah berjalan ditaman sekitar kampusnya sambil mengedarkan pandangannya. Dia sedang mencari seseorang yang sudah membuat janji dengannya. Akhirnya Jiyong berhasil menangkap sosok yang sedari tadi dicarinya. Jiyong menyipitkan matanya dengan maksud untuk mempertajam penglihatannya. Jiyong melihat orang yang dicarinya itu tidak hanya sendiri melainkan berdua dengan orang lain. Tiba-tiba Jiyong merasakan perasaan tidak enak. Jiyong pun menghampiri mereka yang tengah duduk disalah satu bangku panjang.
“Annyeong!” Sapa Jiyong. Terdengar nada gugup dari sapaannya.
“Annyeong! Jiyong-ah, ayo duduk!” kata seorang yeoja yang disapanya sambil menepuk sisi bangku yang kosong, Jiyong pun menurut. Jiyong masih tidak tahu maksud dari pertemuan mereka yang melibatkan seorang namja yang tidak ia kenal.
“Jiyong-ah, perkenalkan dia ini Junsu oppa.” Jiyong berjabat tangan dengan Junsu.
“Jiyong-ah maaf sebelumnya, mungkin hal ini akan membuat kau terluka. Tapi aku mohon kau bisa mengerti. “ Jiyong semakin gelisah. Sebenarnya mau dibawa kemana arah pembicaraan ini?
“Orangtuaku dan orangtuanya telah menjodohkan kami sejak kami masih kecil. Dan mereka telah merencanakan pertunangan kami.” Lanjut yeoja itu. Hati Jiyong remuk seketika, bagaimana bisa kekasihnya mengungkapkan bahwa dia akan bertunangan sedangkan kekasihnya itu masih menjadi miliknya?
“Arasseo. Baiklah kau mau hubungan kita berakhir, bukan?” tanya Jiyong yeoja itu hanya terdiam. “Aku tidak akan mengganggu kalian. Selamat!” ucap Jiyong seolah bersikap biasa untuk menyembunyikan persaannya saat ini. Sakit,hancur, dan kecewa itulah yang ia rasakan.
“Jiyong-ah, pertunangan kami akan dilaksanakan bulan depan. Maukah kau datang dan menyanyikan lagu dihari itu?” Jiyong sempat ragu dengan permintaan mantan kekasihnya itu, tapi akhirnya dia mengiyakannya.
“Baiklah Minjoo-ah. Aku pergi duluan.”
--Flashback_end—
Tanpa disadari air mata Jiyong segera merembes dengan derasnya mengingat kejadian itu. Dia segera menghapus air matanya dan memakai kacamata hitamnya. Dia kembali berkonsentrasi dengan jalan dihadapannya dan membuang jauh-jauh ingatan tentang kejadian itu. Lalu matanya menangkap sosok yang baru saja ditemui tadi. Bukan Minjoo—mantan kekasihnya—tetapi, yeoja itu yeoja yang hampir ditabraknya!! Yeoja itu tengah terengah-engah sambil menopang tubuhnya pada tembok disisi jalan.
Jiyong menghentikan mobilnya disisi jalan dan membuka kaca mobilnya. Sepertinya dia kelelahan, mungkin karena dia terus berlari sedari tadi .”Hei!! Masuklah, biar kuantarkan ketujuanmu.” Teriak Jiyong dari dalam mobil. Jiyong sempat ragu yeoja itu akan ikut dengannya, tapi tak disangka yeoja itu langsung melangkah kemobilnya dan sekarang sudah duduk disebelahnya.
*****
Sebuah mobil berhenti disisi jalan. Mobil yang tadi . Batin Hyori. Kaca mobil kemudian terbuka dan terlihatlah sesosok namja yang mengenakan kacamata hitam, namja itu lalu berteriak dari dalam mobil, ”Hei!! Masuklah, biar kuantarkan ketujuanmu.” Tanpa pikir panjang Hyori langsung mengiyakan ajakan namja itu dengan langsung masuk kedalam mobilnya dan duduk disebelahnya.
“Kau mau kemana?” tanya namja itu sembari menjalankan mobil.
“Rumah Sakit Dongjanam. Cepatlah, ini darurat!!” jawab Hyori, namja itu pun langsung mengarahkan mobilnya kearah RS dengan mempercepat lajunya.
“Chounun Kwon Jiyong imnida.” Namja itu mengulurkan sebelah tangannya, tangan yang sebelahnya lagi memegang kemudi.
“Choi Hyori imnida.” Hyori membalas uluran tangannya. Kemudian mereka terdiam.Dua puluh menit kemudian mereka sudah sampai di RS.
Hyori langsung berlari lagi kearah ruang UGD, dia sudah mengetahui dimana tempat orang yang dicarinya itu berada karena sebelumnya telah diberitahukan melalui telepon. Pintu masih tertutup, mungkin belum selesai, pikirnya. Hyori pun langsung mengambil tempat disebuah bangku yang ada didekat ruang itu.
Jiyong terlihat sedang berlari kearahnya dan langsung duduk disebelahnya. Wajah Hyori tampak cemas sekali, sedangkan Jiyong hanya bisa terdiam. Empat puluh menit kemudian, seorang dokter keluar dari ruangan tersebut. Hyori segera menghampiri dokter itu.
“Bagaimana keadaan mereka ,dok?” Hyori langsung menanyai dokter itu. Dokter mengeluarkan ekspresi yang tidak enak.
“Bagaimana, dok?” Hyori bertanya sekali lagi.
“Jeongmal mianhae. Kami telah berusaha sebaik mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain. “Hyori merasakan lututnya tak bertempurung lagi, nafasnya tercekat, dadanya sesak. Seketika itu pula dia langsung terduduk lemas dilantai dengan menutupi wajahnya.
Mengapa Tuhan? Mengapa? Mengapa Kau mengambil mereka? Kau sungguh tidak adil!! Hyori terus mengutuk Tuhannya. Kedua orang tuanya telah meninggal dan tinggallah dia sendiri didunia ini tanpa keluarga. Kakek-neneknya telah meninggal dunia, ibu,ayahnya, dan juga dirinya juga adalah anak tunggal yang tidak memiliki saudara sama sekali.
Jiyong yang mendengar percakapan Hyori dan dokter tampak sangat prihatin. Dia pun mendatangi Hyori yang masih terduduk dilantai sambil terisak. Jiyong berusaha menenangkannya. Bagaimana pun juga dia mengerti bagaimana rasanya kehilangan orang yang sangat disayangi.
“Hyori-ssi, ku harap kau bisa menerima kenyataan ini !” ucap Jiyong ketika mereka sudah duduk dibangku yang tadi. “Aku mengerti perasaanmu.” Lanjutnya. Hyori langsung menatap Jiyong.
“Anni!! kau tidak mengerti!!” maki Hyori, kemudian dia kembali terisak.
“Aku tahu karena aku juga pernah merasakannya. Aku kehilangan adik perempuanku.”
“Tapi kau masih mempunyai orang tua!!” Hyori meneriaki Jiyong.
“Mianhaeyo.” Ucap Jiyong merasa bersalah.
*****
2 jam setelah Hyori mengetahui bahwa orangtuanya telah meninggal dunia, Hyori memutuskan untuk segera memakamkan jenazah kedua orangtuanya. Waktu telah menunjukkan pukul 4.30 PM, pemakaman usai. Hyori pulang diantar oleh Jiyong yang juga ikut dalam acara pemakaman orangtuanya. Mereka pun sampai didepan rumah Hyori.
“Gamsahamnida, Jiyong-ssi. Apa kau mau mampir dulu?”
“Cheonmaneyo. Tidak, terima kasih. Annyeong!”
“Annyeong!!” kemudian Jiyong melajukan mobilnya. Hyori pun memasuki rumahnya. Sepi, sama seperti biasanya tapi rumah ini akan jauh lebih sepi karena hanya dia seorang yang menempati rumah ini. Bagaimana dia membiayai hidupnya? Sedangkan dia hanya hidup sendiri dan tidak mempunyai pekerjaan dan juga dia masih seorang siswi SMA. Aku harus mencari pekerjaan, batinnya. Kemudian dia melihat foto keluarga yang terpampang diruang tamu, foto ia bersama dengan kedua orangtuanya. Tanpa disadari bulir-bulir air mata menumpuk dipelupuk matanya, dia menyapu air matanya itu. Lalu pandangannya beralih pada foto yang terletak diatas meja dengan bentuk frame yang unik. Dia memerhatikan foto itu, foto yang diambil saat dia berusia 12 tahun dalam kejuaraan karate. Dia memegang sebuah piala dan kedua orangtuanya mencium kedua pipinya. Hyori membawa foto itu bersamanya duduk disofa. Hyori memeluk foto itu dan mengenang kembali masa-masa kebersamaan mereka hingga ia pun terlelap.
*****
Hyori membuka matanya dan melihat kearah jam dinding. Pukul 5, batinnya. Sebuah foto tengah berada dipelukannya. Dia menyadari ia tertidur sejak pulang dari pemakaman orangtuanya kemarin sambil memeluk foto ini dan dia lupa untuk mengganti seragamnya.Dia bangkit sambil mengucek-ngucek matanya untuk bersiap pergi kesekolah. Setelah semuanya siap, dia mengeluarkan sepeda motornya dari garasi dan langsung tancap gas ke sekolah. Kemarin dia tidak menggunakan motor ini karena ayahnyalah yang mengantarkannya, tapi sekarang tidak lagi. Tidak ada lagi yang akan mengantar-jemputnya.
Sesampainya disekolah, dia mendapati suasana sekolahnya masih sepi. Tentu saja karena kegiatan belajar mengajar baru akan dimulai satu setengah jam lagi. Dia segera turun dari sepeda motornya dan menuju kelasnya. Dia segera mengeluarkan buku tugasnya untuk mengerjakan pr yang belum sempat ia kerjakan. Tak lama kemudian semua pr telah ia selesaikan. Dia baru menyadari bahwa kelasnya sudah hampir dipenuhi oleh siswa-siswi yang lainnya.
BUGOGOYBUGOGOY, bel pelajaran akan segera dimulai pun berbunyi. Pelajaran berlangsung seperti biasanya. Selesai pelajaran, waktu istirahat pun tiba. Hyori tetap terdiam dibangkunya, pikirannya menerawang memikirkan bagaimana cara dia membiayai hidupnya.
“Hoi, Hyori-ah!!” Hyori tersentak kaget begitu ada seorang namja memukul mejanya.
“YAAA!! Kau kenapa Dongsoo-ah?” Hyori memarahi Dongsoo.
“Seharusnya aku yang bertanya padamu. Kau kenapa? Dari tadi melamun terus?” tanya Dongsoo sambil mengambil tempat duduk disamping Hyori. Hyori kembali menerawang.
“Tuh kan, melamun lagi!!” Dongsoo kembali mengejutkan Hyori.
“Aish kau ini!!” Hyori kesal dengan kelakuan temannya itu.
“Sebenarnya kau kenapa?” tanya Dongsoo lagi.
“A-anniyo, gwenchana.”
“Kenapa sih?”
“Kau yang kenapa? Dari tadi menggangguku terus. Sana kau main bola saja. Lanjutkan bakatmu itu!!” Hyori geregetan dengan temannya yang satu itu. Akhirnya Dongsoo pergi meninggalkannya entah kemana.
“Hyori-ah!! Kau dipanggil JaeJoong sonsaengnim, kau diminta menghadapnya sekarang juga” teriak Dongsoo dari arah pintu. Hyori pun melangkahkan kakinya untuk berhadapan dengan sonsaengnimnya itu. Dia terlihat santai sekali, padahal dia akan berhadapan dengan guru yang terkenal killer disekolahnya.
TIKTAKTUK, Hyori mengetuk pitu ruangannya. “Silahkan masuk!” terdengar suara dari balik pintu. Hyori pun melangkah masuk.
“Jelaskan apa yang terjadi kemarin!!!” bentak JaeJoong sonsaengnim ketika Hyori sudah berada dihadapannya. Hyori nampak tidak takut sama sekali tapi dia hanya diam.
“Apa yang kau lakukan pada Yisan dan mengapa kemarin kau langsung pergi begitu saja?” tanya JaeJoong sonsaengnim dengan suara keras.
BUGOGOYBUGOGOY.
“Maaf, Pak. Saya harus segera kekelas. Ada ulangan. Annyeong!” kata Hyori dengan santainya sambil meninggalkan gurunya itu.
Hyori memasuki kelasnya dan langsung duduk dibangkunya. Tak lama kemudian seorang sonsaeng datang dengan mebawa setumpuk kertas ulangan. Kertas ulangan matematika pun dibagikan. Hyori dapat mengerjakannya dengan baik. Selesai mengumpulkan ulangan, Hyori pergi kekantin untuk memesan makan siangnya. Dia melihat seorang yeoja aneh yang sedang berjalan dengan dua dayang-dayangnya.
Yisan datang menghampiri meja Hyori. “Urusan kita belum selesai!” bentaknya sambil memukul meja dengan keras. “A-aaw. Sakit!” lirihnya. Hyori masih asyik dengan ramennya.
“Yaa!! Kau dengar tidak!!” . Hyori meletakkan mangkok ramennya yang isinya sudah kosong. Dia berdiri kehadapan Yisan.
“Maumu apa?” tanya Hyori. Yisan bersiap-siap untuk menampar Hyori, tapi berhasil dihentikan. Hyori mengunci tangan Yisan kebelakang punggungnya.
“Hei,hei, hei. Lepaskan!!” rintih Yisan kesakitan.
“Jangan ganggu aku lagi, arasseo?”
“iya, iya. Lepaskan. Sakit!!” akhirnya Hyori melepaskan tangan Yisan. “Aishh, sakiit” ucap Yisan dengan manjanya. Hyori kembali kekelasnya. Bel kembali berbunyi, dan satu pelajaran terakhir pun akan dimulai. Setelah jam pelajaran berakhir, waktunya pulang sekolah.
Hyori pergi ke parkiran untuk mengambil motornya.
“Aku bertaruh pasti Hyun Joong yang akan menang!!”
“Tidak, pasti TaeWo!!”
“Kita lihat saja malam nanti.” Hyori mendengar percakapan dua orang namja yang berada didekat tempat dia memarkirakan motornya, sepertinya samasama kelas 11.
“Annyeonghaseyo.” Hyori menyapa orang-orang itu.
“Annyeong. Ada apa?” tanya salah satu dari namja itu.
“Tadi aku tidak sengaja mendengar percakapan kalian. Kalau boleh tahu, kalian tadi sedang bicara tentang apa, ya?”
“oh itu. Kami sedang membicarakan tentang taruhan balapan motor yang akan diadakan malam ini.”
“taruhan? Dapat menghasilkan uang?” tanya Hyori.
“Iya tentu saja. Kau ini ada-ada saja. Hahaha. Memangnya kenapa?”
“Boleh aku ikut? Aku juga bisa mengendarai motor.”
“HAHAHAAHAHA. Kau ini yang benar saja. Ini balapan liar!! Kau tidak akan mungkin menang!!” mereka mentertawakan Hyori.
“Ah, sudahlah.” Hyori bermaksud untuk meninggalkan mereka, tapi ditahan.
“Baiklah. Malam ini jam 11 di ******* (nama sebuah jalan). Oh ya, Aku Donghae dan dia Yesung.”
“OK, Thank you. Aku Hyori!!” Hyori melambai kearah mereka dan kembali kemotornya lalu langsung meninggalkan sekolah ini. Dia melajukan motornya dengan sangat kencang pada saat dia berada dijalan yang sepi. Aku pasti menang.
*****
Hyori melajukan motornya kejalan yang sudah diberitahukan oleh Donghae. Sesampainya diajalan ini, Hyori mendapati banyak orang yang sudah berkumpul. Hyori mencari Donghae dan Yesung. Nah itu mereka.
“Hoi!!” sapa Hyori dari atas motornya.
“Kau siapa?” tanya Yesung.
“Aku Hyori.” Hyori pun melepas helmnya.
“Wah, motormu bagus juga ya?”
“Jadi bagaimana?” Hyori kembali bertanya tanpa menjawab pertanyaan Donghae.
“Kau bersiaplah, sebentar lagi pertandingannya akan dimulai. Tapi kuharap kau berhati-hati.”
“Ya tentu saja.”
“Itu, yang motornya biru namanya Hyun Joong, dan yang motornya merah itu TaeWo. Sekali lagi kuperingatkan, hati-hati.!!”
“Ne.” Tak lama kemudian pertandingan akan segera dimulai.
“LET’S GO!!” teriak seorang yeoja memberi aba-aba.
Hyori melajukan motornya, begitu juga dengan Hyun Joong dan Tae-Wo. Jarak mereka hanya selisih sedikit. Hyori mempercepat laju motornya diikuti dengan TaeWo, Hyun Joong dibelakang. Kini TaeWo telah mengimbanginya dan berada disamping motornya. Hyori melihat kaki TaeWo yang bergerak dengan maksud untuk menendang body motornya Hyori agar kehilangan keseimbangan. Tapi, Hyori menyadari hal itu dan dia berusaha menjaga jarak dari TaeWo dengan menambah laju motornya dan bergerak kesamping. Mereka terus melajukan motor masing-masing.
“FINISH!!!” teriak Hyori ketika telah melewati garis finish. Semua orang yang ada disitu menatap Hyri dengan tatapan antar tidak percaya dan takjub. Bagaimana bisa seorang yeoja yang baru saja pertama kalinya mengikuti balapan liar ini bisa mengalahkan Hyun Joon dan TaeWo? Memang sulit dipercaya, tapi beginilah keadaanya sekarang.
Hyori menjalankan motornya kearah Donghae dan Yesung.
“Eotteoke?” Tanya Hyori sembari melepas helm dan mengibas-ngibaskan rambut pendeknya.
“Chukkae. Itu hebat sekali!” ucap Yesung menyalami Hyori.
“Bagaimana dengan uangnya?”
“Ayo, ikut kami!!” ajak Donghae. Mereka mendatangi kerumunan orang-orang yang mengelilingi sebuah meja.
“Chukkae. Ini!!” ucap TaeWo memberikan sebuah amplop.
“Gomawoyo.”
“Hai!! Kalau boleh tau namamu siapa?” Hyun Joong menghampiri mereka.
“Choi Hyori.”
“Kim Hyun Joong.”
“Aku Yun TaeWo.” Mereka kemudian becakap-cakap bersama.
“Apa kau minggu depan mau ikut lagi?” tanya Hyun Joong.
“Entahlah.”
“Kalau kau mau datang saja lagi kesini hari Rabu depan jam 11, ya.”
“OK. Aku duluan ya. Annyeong!!”
*****
Hyori sudah sampai dirumahnya, dia segera menghempaskan tubuhnya dikasur yang empuk dikamarnya. Dia membuka amplop itu dan melihat sejumlah uang. Lumayan, batinnya.
Keesokan harinya, dia berangkat sekolah seperti biasanya hingga hari-hari berikutnya. Tidak ada yang istimewa dengan kehidupannya. Jae sonsangnim sudah tidak memanggilnya lagi, mungkin sudah bosan pikirnya. Yisan cs juga tidak pernah memperlihatkan batang hidungnya lagi. Hingga hari yang diberitahukan TaeWo pun tiba. Hyori ragu intuk datang atau tidak karena dia merasa sedang tidak enak badan . Tapi akhirnya dia memutuskan untung pergi kesana.
Hyori melajukan motornya kejalan yang beberapa hari yang lalu dilaluinya. Matanya berat, kepalanya pening, dan dia memperlambat laju motornya hingga dia berhenti dan tersungkurlah dia dari motornya. Lalu semua gelap.
*****
Jiyong melajukan mobilnya. Dia baru saja selesai menghadiri pesta ulang tahun temannya. Kini dia berada dijalan yang sepi. Matanya menangkap sebuah motor sport berwarna kuning yang jatuh dan seseorang yang dia pikir adalah pengendaranya pingsan didekat motor itu. Jiyong pun menghentikan mobilnya didekat tempat itu. Dia turun dari mobilnya dan melihat keadaan sang pemilik motor. Jiyong melepaskan helm yang masih terpakai dan begitu kagetnya dia melihat bahwa orang itu adalah Hyori!! Yeoja yang baru saja ia temui beberapa hari yang lalu. Dia langsung membopong Hyori masuk kemobilnya dan menelpon orang untuk mengantar motornya kerumah Jiyong.
Sesampainya dirumah, umma dan appanya belum tertidur mereka masih menonton acara tv favorit mereka. Mereka terkejut melihat Jiyong membawa seorang yeoja yang pingsan.
“Omonaa~!!Jiyong-ah ada apa ini?” tanya ummanya mendatangi Jiyong yang membaringkan Hyori disofa ruang tamu
“Dia temanku umma, dia tergeletak di pinggir jalan.”
“Bawa dia kekamar Yuri. Biar umma saja yang memeriksanya.” Kata ummanya. Jiyong pun membawanya ke kamar Yuri—adik Jiyong yang sudah meninggal--.
“Dia demam.” Gumam ummanya ketika menyentuh dahi Hyori. “Ambilkan lap dan es batu!” pertintah ummanya. Jiyong pun segera mengambilkan apa yang diperintahkan ummanya dan kembali kekamar Yuri.
“Ini umma.” Jiyong menyerahkan benda-benda itu. Ummanya kemudian mengompres Hyori. Ummanya terlihat cemas sekali. Jiyong melihat pancaran sinar mata ummanya yang begitu tulus terhadap Hyori.
“Biarkan saja dia istirahat terlebih dahulu. Ayo cepat tidur, besok kau masuk kuliah pagi kan?”.
“Ne, umma.” Jiyong berlalu menuju kamarnya.
“Jiyong-ah!!” panggil ummanya saat dia sudah di depan pintu kamar Yuri.
“Ye?”
“Namanya siapa?” tanya ummanya.
“Choi Hyori, umma.”
“Oh.” Kemudian Jiyong melanjutkan untuk pergi kekamarnya. Umma Jiyong mencium kening Hyori dengan lembut lalu meninggalkan Hyori.
*****
“Hoam~~ Aaaaa~” Hyori terbangun dari tidurnya sambil memegangi kepalanya yang pusing dan mengambil kompresan yang ada dikepalanya. Dimana ini?, tanyanya dalam hati. Dia bingung, mengapa dia ada disebuah kamar tidur yang sangat asing baginya. Kamar ini terkesan cewek sekali. Cat tembok yang berwarna pink, sprai yang berwarna pink dengan motif bunga-bunga, boneka-boneka yang tersusun rapi disisi tempat tidur, gorden rumbai-rumbai yang berwarna putih. Sangat kontras sekali dengan kamarnya yang bercat kuning, sprai kotak-kotak warna coklat, miniatur-miniatur motor dan mobil sport yang memenuhi kamarnya, dan dia juga tidak mempunyai boneka sama sekali.
Hyori bangkit dari tempat tidur sambil memegang kepalanya yang pening. Dia berjalan keluar kamar dan mendapati sebuah keluarga sedang sarapan.
“Hyori-ssi, kau sudah bangun?” tanya seorang yeoja paruh baya dengan menyunggingkan sebuah senyuman.
“Ne. Jiyong-ssi?” panggilnya saat melihat Jiyong dimeja makan.
“Ah, Hyori. Ayo duduk kita makan bersama.” Ajak Jiyong, yeoja yang Hyori pikir adalah ummanya menarik tangannya lembut dan mendudukkannya disebuah kursi yang kosong.
“Ayo Hyori makan saja.” Kali ini seorang namja yang menyuruhnya. Mungkin appanya, pikirnya. Hyori pun menikmati sarapan bersama mereka. Hyori seperti bersama keluarganya sendiri. Sesekali appanya Jiyong bergurau tentang masa remajanya. Tapi Hyori masih bingung mengapa dia bisa disini dan oh ya!! Dia harus sekolah!!
“Hyori kau kenapa?” tanya Jiyong yang memperhatikan Hyori yang sedari tadi melamun.
“Aku harus sekolah. Sudah jam 7.15 nanti aku terlambat!!” katanya panik sembari bangkit dari meja makan.
“Hahaha. Ini sudah jam 9, Hyori. Jam itu mati, baterainya belum diganti. Umma sudah meminta izin kepada sekolahmu kalau kau tidak bisa hadir karena sakit.”
“Hah?“ Hyori melotot tak percaya dan kembali duduk dikursinya.
“Salah satu guru dari sekolahmu adalah teman ummaku, dan kebetulan sekali dia mengenal kau dan ternyata dia juga walikelasmu. Jadi, umma meminta izin kepadanya.” Jelas Jiyong.
“Darimana kau tahu sekolahku?”
“Waktu kita pertama kali bertemu, kau masih menggunakan seragam sekolahmu itu, tauk!!”
“Oh begitu, tapi kenapa aku bisa ada disini?”
“Apa kau tidak ingat?” Hyori menggelengkan kepalanya.
“Kau pingsan dijalan, lalu aku melihatmu dan membawamu kesini.” Hyori mulai mengingatnya. Dia melajukan motornya malam tadi untuk balapan liar lagi, tapi tiba-tiba kepalanya begitu sakit, dan dia tidak mengingat apapun sesudah itu. Tapi sekarang rasa sakit itu sudah hilang.
“Motormu ada digarasi.” Lanjut Jiyong.¬¬¬¬¬¬¬
“Ne. Gamsahamnida Jiyong-ssi, Ahjussi, Ahjumma.”
“Cheonmaneyo.” Kata mereka serempak.
“Maaf telah merepotkan kalian, aku akan segera pulang kerumah.” Ucap Hyori.
“Hyori-ssi!!” panggil ummanya Jiyong.
“Ne?”
“Maukah kau tinggal bersama kami? Jebal.” Ucap Ummanya Jiyong dengan penuh harap.
“Entahlah. Lantas bagaimana dengan rumahku, siapa yang menjaganya kalau aku tinggal bersama kalian?”
“Mungkin kau bisa menyewakannya.” Jawab Jiyong. Benar juga, kenapa tak pernah kupikirkan untuk menyewakannya?Pabo kau Hyori!!, pikirnya. Jika dia menyewakan rumahnya dan tinggal bersama mereka Hyori akan mendapat penghasilan dari hasil bulanannya untuk membiayai hidupnya dan juga dia mungkin dapat merasakan kasih sayang sebuah keluarga lagi.
“Biar kupikirkan lagi. Ahjumma, boleh aku numpang mandi?” tanya Hyori.
“Ne, kau pakai saja pakaian yang ada dilemari kamar yang kau tempati tadi.”
“Appa, Umma, Hyori. Aku kuliah dulu ya, annyeong!” Jiyong pergi kekampusnya. Tak lama kemudian appanya juga berangkat kerja.
*****
Hyori melihat-lihat kamar yang sedang ia tempati sekarang. Dia melihat sebuah foto, didalam foto itu terdapat foto sepasang kekasih, eh bukan sepasang kakak-beradik yang terlihat seperti sepasang kekasih. Di foto itu juga terdapat tulisan G-Dragon & Yuri . Ternyata namanya Yuri, ini kamar Yuri. G-dragon? G = Ji, Dragon = Yong. Begitu pemikirannya.
“Hyori-ssi?” panggil Ummanya Jiyong ketika membuka pintu.
“Ne?” kemudian mereka duduk dikasur Yuri
“Kudengar dari Jiyong, orang tuamu meninggal, benarkah?”
“Ne.”
“Apa kau tidak mempunyai keluarga lain disini?”Hyori menggeleng.
“Maukah kau menganggap kami sebagai keluargamu? Kami siap membantumu kapan saja, maukah kau menjadi anak angkatku?” tanyanya lagi. Hyori terkejut mendengar pertanyaan ummanya Jiyong. Dia senang mendengar pertanyaan itu, tapi dia masih ragu. Dia hanya bisa diam.
“Kau lihat itu?” kata ummanya Jiyong menunjuk kearah foto yang tadi ia lihat.
“Itu foto Jiyong dan Yuri—almarhumah adiknya--. Sejak melihatmu aku jadi teringat padanya lagi. Aku merasa jika aku dekat denganmu kau seperti anakku sendiri. Maukah kau menjadi anakku?” Ummanya Jiyong menangis sambil memelk Hyori.
“Tenanglah ahjumma, anggap saja aku adalah Yuri.” Hyori mengelus punggung ummanya Jiyong. Tanpa ia sadari ia juga menangis bersamanya.
“Terimakasih Hyori, anakku.” Ucap ummanya lirih.
“Aku juga, terimakasih, umma.” Lalu mereka bercakap-cakap macam-macam.
“Annyeonghaseyo!!” teriak Jiyong. Dia sudah pulang rupanya. Umma Jiyong atau sekarang bisa disebut sebagai Umma Hyori juga, mendatangi putranya yang tengah menonton tv .
*****
“Jiyong, umma sudah mengangkat Hyori menjadi anak umma.” Ucap ummanya.
“mwo? Jeongmal?” tanya Jiyong terkaget. Ummanya mengangguk.
“lalu apa katanya?” tanya Jiyong lagi.
“Dia bersedia Jiyong, setengah jam lagi kau antar dia kerumahnya untuk membawa barang-barangnya kemari. Setengah jam kemudian Jiyong dan Hyori mengangkut barang-barang Hyori yang akan dipindahkan kesini. Sejak hari itu Hyori tinggal bersama keluarga barunya, rumahnya telah ia sewakan, dia mulai menyayangi keluarga barunya ini,tapi diam-diam Hyori masih melakukan balapan liar.
“Hyori, maukah malam minggu nanti kau menemaniku ke acara pertunangan temanku?” tanya Jiyong. Tidak terasa lusa nanti Minjoo—mantan kekasihnya—akan bertunangan dan lusa jugalah genap sebulan usia pertemuan mereka. Aneh memang, hanya dalam waktu singkat sejak pertemuan itu mereka bertemu dan sekarang telah menjadi saudara. Tapi, ya begitulah kehidupan, sungguh susah dimengerti.
“Minhae oppa, aku tidak bisa.”
“Waeyo, dongsaeng?”
“Aku ada keperluan, jeongmal mianhae.” Lusa Hyori ada balapan lagi.
“Ah~ Gwenchana dongsaeng.” Terdengar nada kecewa dari ucapan Jiyong.
2 days later...
Jiyong sedang mematut diri didepan cermin, dia sedang bersiap-siap untuk segera pergi keacara pertunangan mantan kekasihnya malam ini. Setelah semua dirasa siap, dia segera tancap gas kesebuah tempat yang sudah diberitahukan oleh Minjoo sebelumnya melalui sebuah sms.
Jiyong memberi selamat kepada Minjoo dan Junsu, mereka tampak bahagia sekali. Lalu tibalah saat Jiyong untuk menyanyikan sebuah lagu, sebelumnya Jiyong telah membuat lagu khusus untuk acara ini, dia pun memulai bernyanyi
i’m not trying to make sense here
i’m just trying to make things right
now i’m asking now tell me please be listen
I I I I I’m sorry girl
da da da da da nae yokshimingeol
I I I I I’m sorry girl
namjan da ttokgatdan geu mal nan malla mideojweo girl
yeojikkeot niga mannattdeon geureon saramdeulgwaneun teullingeol
neo hanaman barabogettdan mal nae jinshimingeol
niga naege jun sarangape baeshineun eopseulgeol
soljikhi malhae gakkeumeun heundeullilttaedo isseo
hajiman geokjeonghajima geu isangeun iningeol
gin shigan manname hogeun sasohan datume ttoneun
saeroun seolleime jamkkan gunggeumhaesseul ppuningeol
niga yeope isseo oeropji anha haengbokhaehadaga
tto eoneusae budamseureoweojigo ttaeron yejeoni natda saenggakhae
negen mianhajiman
naega barampyeodo neoneun jeoldae pijima baby
naega neoreul ijeodo neon nareul itjima lady
gakkeum naega yeonragi eopgo sureul masyeodo
hokshi naega dareun eotteon yeojawa jamshi ibeul matcheodo
neon naman barabwa
(jagiya mianhande)
oneul neowaui yaksogeul mirweo handubeon hadaboni
beolsseo beoreutcheom sushipbeon (naeireun kkok boja)
daeumen an geuraeyaji ijebuteon jalhaeyaji hamyeonseo
majimak geojitmalchyeo hajiman eojjeol su eopneunde
neol jakku sogigedwae nappeungeon aneunde maebeon mam jurigedwae
no girl girl girl
modeunge nae jalmot teureojin yaksoge banbok
(neomaneun mollasseumyeon hae)
oh~ honja ittneunge shirheo ashwiul ttae neol chaja mianhae hadaga
tto eoneusae geureolsudo ittdago neon geuraedo dwendago wirohae
motnattjiman
naega barampyeodo neoneun jeoldae pijima baby
naega neoreul ijeodo neon nareul itjima lady
gakkeum naega yeonragi eopgo sureul mashyeodo
hokshi naega dareun eotteon yeojawa jamshi ibeul matchweodo *Drtdrtdrdrdtdrtd….. ponsel disaku Jiyong bergetar, Jiyong mengambil ponselnya dan melihat nama Hyori terpampang dilayar.*
neon naman_____ *Jiyong menghentikan nyanyiannya dan menjawab telepon dari Hyori sembari meninggalkan tempatnya bernyanyi sekarang, orang-orang menatap ulah Jiyong barusan dengan tatapan tidak percaya. Yang benar saja, dia belum selesai menyanyikan sebuah lagu, dia malah langsung pergi untuk menjawab telpon*
*****
Hyori melajukan motornya untuk melakukan balapan lagi, dia sangat-teramat telat karena ketiduran, maka dari itu dia mengambil kecepatan penuh. Jalanan sudah sangat sepi, tapi tiba-tiba ada sebuah pancaran sinar dari depan mata yang membuat Hyori silau dan susah melihat jalan hingga akhirnya dia keluar jalur dan menabrak sebuah pohon besar. Dia lupa mengunci helmnya dan akhirnya helm itu terlepas. Kepalanya terbentur dengan keras, darah segar terus mengalir, punggungnya seperti tak bertulang, kakinya seperti hilang, motornya sudah terhempas jauh. Dia menggerak-gerakkan tangannya berusaha meraih ponsel yang ada disaku jaketnya, dan berhasil! Dia segera menekan angka satu, tombol panggilan cepatnya untuk Jiyong, dan dengan tidak sabar dia menunggu jawaban dari telepon.
“Yeoboseyo” kata seseorang diseberang sana.
“Chang In” hanya itu yang keluar dari mulut Hyori setelah itu dia tak sadarkan diri.
*****
“Hyori-ah, Hyori-ah!!” teriak Jiyong panik memanggil-manggil Hyori yang baru saja menelponnya, semua orang yang ada ditempat itu memandang heran kearah Jiyong yang terus-terusan meneriakan nama Hyori. Jiyong segera meninggalkan tempat itu dan bergegas menuju daerah Chang In, hanya kata itu yang ia dengar dari Hyori. Dia melajukan mobilnya dengan perasaan khawatir, dia takut terjadi apa-apa dengan Hyori, adik kecilnya yang ia sayang. Ia tidak mau Hyori pergi meninggalkannya seperti Yuri. Tanpa disadari Jiyong sudah menangis.
Tangis Jiyong semakin menjadi-jadi ketika dia melihat sebuah motor sport kuning hancur, dan tidak jauh dari situ dia melihat, Hyori!! Jiyong segera mendatangi Hyori, Hyori yang lemah, kepalanya sudah dipenuhi darah, tubuhnya luka-luka. Jiyong menaikkan kepala Hyori kepangkuannya. Perlahan-lahan Jiyong merasakan tangan Hyori bergerak, dan ternyata benar. Dia menjelajahi lehernya dan melepaskan sebuah kalung berbentuk kunci lalu dia membuka matanya perlahan.
“Hyori-ah.” Ucap Jiyong pelan. Jiyong menyelipkan kalung itu ditangan Jiyong. “Oppa, maukah kau berjanji padaku?” Jiyong tersentak dengan perkataan Hyori barusan, dia takut, tapi akhirnya dia mengangguk. “Mungkin sebentar lagi aku akan pergi. Sampaikanlah ucapan terima kasihku kepada umma dan appa. Jagalah kalung ini dengan baik, anggap saja dia adalah aku, dan satu lagi kau jangan pernah menangis dan bersedih , oppa. Kalau kau menangis dan bersedih aku tidak akan tenang disana. Terima kasih atas segalanya, oppa. I’m sorry, goodbye.” Ucap Hyori dan seketika itu pula nafasnya berhenti, tangis Jiyong kembali meledak. “Mianhae, Hyori. Mianhae. Jeongmal mianhae.” Jiyong menggenggam erat kalung yang diberikan Hyori.
“I Promise, Hyori!!” teriak Jiyong sambil mengelap matanya dan berusaha tegar.
Aku janji aku akan menjaga kalung ini dengan baik
Aku janji aku akan menyampaikan pesanmu tadi kepada umma dan appa
Aku janji aku tidak akan bersedih dan menangis
Aku janji aku akan menjalani hidupku dengan selalu tersenyum sepertimu walau sesulit apapun keadaanya
Aku janji aku tidak akan putus asa
Aku janji akan membuatmu selalu tersenyum padaku dari sana
Aku janji, aku janji!!
Love Gives
"Love ever
gives, forgives, outlives,
and ever stands
with open hands,
for while it lives, it gives.
For this is love's prerogative—
to give, and give,
and give."
John Oxenham
10 April 2010
Promise/ I’m Sorry Good Bye
Diposting oleh
Choi Hae Rin
di
15.37
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Always Smilling
0 komentar:
Posting Komentar